Kali ini
saya akan menyinggung tentang pengetahuan tentang negara di belahan dunia.
negara yang akan saya singgung yaitu negara kita sendiri, yaitu Indonesia.
Bukan nyinggung sih, lebih tepatnya . mungkin banyak orang pribumi yang tahu
banyak tentang indonesia, mulai dari sejarah berdirinya sampai perkembangan
indonesia pada masa modern seperti sekarang. tetapi tidak sedikit yang awam
tentang indonesia, bahkan ada pula yang menganggap negara indonesia merupakan
negara yang biasa saja. Are you sure? Coba sobat semua lebih memperhatikan dan
teliti dengan apa yang sobat bicarakan. Orang bijak pernah mengatakan
"pikirlah dahulu sebelum anda memutuskan". Oke, tanpa panjang lebar
saya akan menjelaskan tentang negara kita, mungkin diantara kalian ada yang
lebih tahu daripada saya. kita koreksi aja bareng - bareng. :) Langsung aja. .
Indonesia
Republik
Indonesia, disingkat RI
atau Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara
yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia
serta antara Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau,[5]
nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara.[6]
Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010,[7]
Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang
berpenduduk Muslim
terbesar di dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa,[8]
meskipun secara resmi bukanlah negara Islam.
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik,
dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung.
Ibu kota
negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan
Malaysia
di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini
di Pulau Papua
dan dengan Timor Leste di Pulau Timor
(mantan bagian provinsi dari Indonesia). Negara tetangga lainnya adalah Singapura,
Filipina,
Australia,
dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
Sejarah
Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi
wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang
menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India.
Kerajaan-kerajaan Hindu
dan Buddha
telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai
kekuatan Eropa
yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa
era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat
itu bernama Hindia Belanda menyatakan kemerdekaannya
di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat
berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi,
separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke,
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan
rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Melayu
dan Papua di mana bangsa Melayu yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak
mendiami Indonesia bagian barat. Berdasarkan bangsa yang lebih spesifik, suku bangsa
Jawa adalah suku bangsa yang termasuk dalam rumpun bangsa Melayu
Deutero dan terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh
penduduk Indonesia.[9]
Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika"
("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang
membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas,
Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di
dunia.
Indonesia
juga anggota dari PBB
dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7 Januari
1965, dan bergabung
kembali pada tanggal 28 September 1966 dan Indonesia tetap
dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya
Indonesia pada tanggal 28 September 1950. Selain PBB, Indonesia juga
merupakan anggota dari ASEAN, APEC,
OKI, G-20 dan akan menjadi
anggota dari OECD.
Etimologi
Lihat pula: Sejarah nama Indonesia
Kata
"Indonesia" berasal dari bahasa Yunani
kuno yaitu Indos yang berarti "Hindia" dan nesos yang
berarti "pulau".[10]
Jadi, kata Indonesia berarti wilayah Hindia kepulauan, atau kepulauan yang berada di
Hindia, yang menunjukkan bahwa nama ini terbentuk jauh sebelum Indonesia
menjadi negara berdaulat.[11]
Pada tahun 1850, George Earl, seorang etnolog
berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia
untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu".[12]
Murid dari Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia
sebagai sinonim dari Kepulauan India.[13]
Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan
kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische
Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië),
atau Hindia (Indië); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde
(istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar
(1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).[6]
Sejak tahun 1900, nama Indonesia
menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar Belanda,
dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik.[6]
Adolf Bastian
dari Universitas Berlin memasyarakatkan nama
ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894. Pelajar
Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara),
yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda
yang bernama Indonesisch Pers Bureau pada tahun 1913.[11]
Sejarah
Sejarah awal
Peninggalan
fosil-fosil Homo erectus, yang oleh antropolog
juga dijuluki "Manusia Jawa", menimbulkan dugaan bahwa
kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000
tahun yang lalu.[14]
Bangsa Austronesia, yang membentuk mayoritas
penduduk pada saat ini, bermigrasi ke Asia Tenggara dari Taiwan. Mereka
tiba di sekitar 2000 SM, dan menyebabkan bangsa
Melanesia yang telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke
wilayah-wilayah yang jauh di timur kepulauan.[15]
Kondisi tempat yang ideal bagi pertanian, dan penguasaan atas cara bercocok tanam padi
setidaknya sejak abad ke-8 SM,[16]
menyebabkan banyak perkampungan, kota, dan kerajaan-kerajaan kecil tumbuh
berkembang dengan baik pada abad pertama masehi. Selain itu, Indonesia yang
terletak di jalur perdagangan laut internasional dan antar pulau, telah menjadi
jalur pelayaran antara India dan Tiongkok selama beberapa abad.[17]
Sejarah Indonesia selanjutnya mengalami banyak sekali pengaruh dari kegiatan
perdagangan tersebut.[18]
Sejak abad
ke-1 kapal dagang Indonesia telah berlayar jauh, bahkan sampai ke Afrika. Sebuah
bagian dari relief kapal di candi Borobudur,
k. 800 M.
Di bawah
pengaruh agama Hindu
dan Buddha,
beberapa kerajaan terbentuk di pulau Kalimantan,
Sumatera,
dan Jawa
sejak abad ke-4
hingga abad ke-14.
Kutai,
merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 di hulu sungai
Mahakam, Kalimantan Timur. Di wilayah barat pulau Jawa,
pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan Tarumanegara.
Pemerintahan Tarumanagara dilanjutkan oleh Kerajaan
Sunda dari tahun 669 M sampai 1579 M. Pada abad ke-7 muncul kerajaan
Malayu yang berpusat di Jambi, Sumatera. Sriwijaya
mengalahkan Malayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang paling perkasa di Nusantara.
Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu, sekaligus
mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Tiongkok Selatan.[19]
Di bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 dan ke-10 wangsa Syailendra
dan Sanjaya
berhasil mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis agrikultur di Jawa, dengan peninggalan
bersejarahnya seperti candi Borobudur dan candi Prambanan.
Di akhir abad ke-13, Majapahit berdiri di bagian timur pulau Jawa. Di bawah
pimpinan mahapatih Gajah Mada, kekuasaannya meluas sampai hampir
meliputi wilayah Indonesia kini; dan sering disebut "Zaman Keemasan"
dalam sejarah Indonesia.[20]
Kedatangan
pedagang-pedagang Arab dan Persia
melalui Gujarat, India, kemudian membawa agama Islam. Selain itu
pelaut-pelaut Tiongkok
yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He) yang beragama Islam, juga pernah
menyinggahi wilayah ini pada awal abad ke-15.[21]
Para pedagang-pedagang ini juga menyebarkan agama Islam di beberapa wilayah
Nusantara. Samudera Pasai yang berdiri pada tahun 1267,
merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Kolonialisme
Peta
Indonesia berkisar tahun 1674-1745 oleh Katip Çelebi seorang geografer asal Turki Utsmani.
Indonesia
juga merupakan negara yang dijajah oleh banyak negara Eropa dan juga Asia, itu disebabkan
Indonesia sejak zaman dahulu merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya yang
melimpah, hingga membuat negara-negara Eropa tergiur untuk
menjajah dan bermaksud menguasai sumber daya alamnya untuk pemasukan bagi
negaranya, Negara-negara yang pernah menjajah diantaranya adalah;
- Portugis pada tahun 1509, hanya Maluku, lalu berhasil diusir pada pada tahun 1595
- Spanyol pada tahun 1521, hanya Sulawesi Utara, tetapi berhasil diusir pada tahun 1692.
- Belanda pada tahun 1602, seluruh wilayah Indonesia.
- Perancis secara tidak langsung menguasai Jawa pada periode 1806-1811 karena Kerajaan Belanda takluk kepada kekuatan Perancis. Ketika Louis Bonaparte adik Napoleon Bonaparte naik takhta Belanda pada tahun 1806, maka secara otomatis jajahan Belanda jatuh ke tangan Perancis. Periode ini berlangsung pada pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808-1811. Berakhir pada tahun 1811 ketika Inggris mengalahkan kekuatan Belanda-Perancis di pulau Jawa.
- Inggris pada tahun 1811, sejak ditandatanganinya Kapitulasi Tungtang yang salah satunya berisi penyerahan Pulau Jawa dari Belanda kepada Inggris, Pada tahun 1814 dilakukanlah Konvensi London yang isinya pemerintah Belanda berkuasa kembali atas wilayah jajahan Inggris di Indonesia. Lalu baru pada tahun 1816, pemerintahan Inggris di Indonesia secara resmi berakhir..
- Jepang pada tahun 1942, hanya 3,5 tahun, dan berakhir pada tahun 1945, sejak kekalahan Jepang kepada sekutu.
Ketika
orang-orang Eropa
datang pada awal abad ke-16, mereka menemukan beberapa kerajaan
yang dengan mudah dapat mereka kuasai demi mendominasi perdagangan
rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan Kerajaan
Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir dan bergerak ke
arah timur dan menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda
muncul sebagai yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya
dan Portugal
(kecuali untuk koloni mereka, Timor
Portugis). Pada masa itulah agama Kristen
masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal
sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel.[22]
Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga Perang Dunia
II, awalnya melalui VOC, dan kemudian langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal
abad ke-19.
Johannes van den Bosch, pencetus Cultuurstelsel.
Di bawah
sistem Cultuurstelsel (Sistem Penanaman)
pada abad ke-19, perkebunan besar dan penanaman paksa dilaksanakan di Jawa, akhirnya
menghasilkan keuntungan bagi Belanda yang tidak dapat dihasilkan VOC. Pada masa
pemerintahan kolonial yang lebih bebas setelah 1870, sistem ini dihapus.
Setelah 1901
pihak Belanda memperkenalkan Kebijakan Beretika,[23]
yang termasuk reformasi politik yang terbatas dan investasi yang lebih besar di
Hindia Belanda.
Pada masa
Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang
menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942, Jepang
melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan yang
kooperatif dan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan. Soekarno,
Mohammad
Hatta, KH. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara diberikan penghargaan oleh Kaisar Jepang
pada tahun 1943.
Indonesia merdeka
Soekarno,
presiden pertama Indonesia.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk
sebuah komite untuk kemerdekaan Indonesia. Setelah perang
Pasifik berakhir pada tahun 1945, di bawah tekanan organisasi
pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 yang pada saat itu
sedang bulan Ramadhan. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni Soekarno,
Mohammad
Hatta, dan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai
presiden, wakil presiden, dan perdana
menteri. Dalam usaha untuk menguasai kembali Indonesia, Belanda
mengirimkan pasukan mereka.
Proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Usaha-usaha
berdarah untuk meredam pergerakan kemerdekaan ini kemudian dikenal oleh orang
Belanda sebagai 'aksi kepolisian' (Politionele Actie), atau dikenal oleh
orang Indonesia sebagai Agresi Militer.[24]
Belanda akhirnya menerima hak Indonesia untuk merdeka pada 27 Desember
1949 sebagai negara federal
yang disebut Republik Indonesia Serikat setelah
mendapat tekanan yang kuat dari kalangan internasional, terutama Amerika
Serikat. Mosi Integral Natsir pada tanggal 17 Agustus 1950, menyerukan kembalinya
negara kesatuan Republik Indonesia dan membubarkan Republik Indonesia Serikat.
Soekarno kembali menjadi presiden dengan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden
dan Mohammad Natsir sebagai perdana menteri.
Pada tahun
1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis gerakan
non-blok pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat dengan blok sosialis,
misalnya Republik Rakyat Tiongkok dan Yugoslavia.
Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara
tetangga, Malaysia
("Konfrontasi"),[25]
dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya
pada tahun 1965 meletus kejadian G30S yang menyebabkan kematian 6 orang jenderal
dan sejumlah perwira
menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya Orde Baru
yang segera menuduh Partai Komunis Indonesia sebagai otak di
belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta
mengganti ideologi nasional menjadi berdasarkan paham sosialis-komunis.
Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di
bawah Presiden Soekarno.
Jenderal Soeharto
menjadi presiden pada tahun 1967 dengan alasan untuk mengamankan negara dari ancaman komunisme.
Sementara itu kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto
berkuasa, ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis
dibunuh, sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar
negeri, tidak berani kembali ke tanah air, dan akhirnya dicabut kewarganegaraannya.
Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru,
sementara masa pemerintahan Soekarno disebut Orde Lama.
Soeharto
menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil mendatangkan investasi
luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan
ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal rezim Orde Baru kebijakan
ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi Universitas California, Berkeley,
yang dipanggil "Mafia Berkeley".[26]
Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik korupsi,
kolusi,
dan nepotisme
yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi
besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun 1998.
Dari 1998
hingga 2001, Indonesia mempunyai tiga presiden: Bacharuddin
Jusuf (BJ) Habibie, Abdurrahman
Wahid dan Megawati Sukarnoputri. Pada tahun 2004 pemilu
satu hari terbesar di dunia[27]
diadakan dan dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Indonesia
kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan pertikaian
bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk mendapatkan
kemerdekaan, terutama Papua.
Timor Timur
akhirnya resmi memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24 tahun
bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara Timor Leste.
Pada
Desember 2004
dan Maret 2005,
Aceh dan Nias
dilanda dua gempa bumi
besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra Hindia 2004
dan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.)
Kejadian ini disusul oleh gempa bumi di Yogyakarta
dan tsunami yang menghantam Pantai Pangandaran dan sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo
pada 2006 yang tidak kunjung terpecahkan.
Politik dan pemerintahan
Gedung
MPR-DPR
Istana
Negara, bagian
dari Istana Kepresidenan Jakarta.
Indonesia
menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis.
Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia
didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif,
eksekutif
dan yudikatif.
Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR).
MPR pernah
menjadi lembaga tertinggi negara unikameral,
namun setelah amandemen
ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi, dan komposisi keanggotaannya
juga berubah. MPR setelah amandemen UUD 1945, yaitu sejak 2004 menjelma menjadi
lembaga bikameral yang terdiri dari 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
merupakan wakil rakyat melalui Partai
Politik, ditambah dengan 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang
merupakan wakil provinsi dari jalur independen.[28][pranala
nonaktif] Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan
dilantik untuk masa jabatan lima tahun. Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh
anggota DPR ditambah utusan golongan dan TNI/Polri. MPR saat ini
diketuai oleh Zulkifli Hasan. DPR saat ini diketuai oleh Setya Novanto,
sedangkan DPD saat ini diketuai oleh Irman Gusman.
Lembaga
eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet.
Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri
bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di
parlemen. Meskipun demikian, Presiden saat ini yakni Joko Widodo
yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
juga menunjuk sejumlah pemimpin Partai
Politik untuk duduk di kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga
stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya posisi lembaga legislatif di
Indonesia. Namun pos-pos penting dan strategis umumnya diisi oleh menteri tanpa
portofolio partai (berasal dari seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya).
Lembaga
Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi
Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan
administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.
Pembagian administratif
Indonesia
saat ini terdiri dari 34 provinsi, lima di antaranya memiliki status yang berbeda (Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua Barat,
Papua,
dan DKI Jakarta).
Provinsi dibagi menjadi 403 kabupaten dan 98 kota yang dibagi lagi menjadi kecamatan
dan lagi menjadi kelurahan, desa, gampong, kampung, nagari, pekon, atau istilah lain yang diakomodasi oleh Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tiap provinsi memiliki DPRD Provinsi dan gubernur;
sementara kabupaten
memiliki DPRD Kabupaten dan bupati;
kemudian kota
memiliki DPRD Kota dan wali kota;
semuanya dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu dan Pilkada.
Bagaimanapun di Jakarta tidak terdapat DPR Kabupaten atau Kota, karena
Kabupaten Administrasi dan Kota Administrasi di Jakarta bukanlah daerah otonom.
Provinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua Barat,
dan Papua
memiliki hak istimewa legislatur yang lebih besar dan tingkat otonomi yang
lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya. Contohnya, Aceh berhak membentuk
sistem legal sendiri; pada tahun 2003, Aceh mulai menetapkan hukum Syariah.[29]
Yogyakarta mendapatkan status Daerah Istimewa sebagai pengakuan terhadap peran
penting Yogyakarta dalam mendukung Indonesia selama Revolusi.[30]
Provinsi
Papua, sebelumnya disebut Irian Jaya, mendapat status otonomi khusus
tahun 2001.[31]
DKI Jakarta,
adalah daerah khusus ibukota negara. Timor
Portugis digabungkan ke dalam wilayah Indonesia dan menjadi provinsi
Timor Timur
pada 1979–1999, yang kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara
Timor Leste.[32]
Provinsi di
Indonesia dan ibukotanya